Pemuda Islam Yang Mengubah Dunia

Siapa yang ragu dengan besarnya potensi pemuda? Pemuda Islam dengan potensi fisik dan kekuatan kepribadiannya telah mengukir banyak sejarah dunia.

pemuda idaman

 

Siapa yang tak kenal  Ali bin Abi Thalib? Shalahuddin al-Ayyubi? Muhammad al-Fatih? Dan asy-Syafi’i muda yang sudah mampu berfatwa?

Mereka semua produktif sejak masih muda belia. Bukan hura-hura dalam euphoria belaka, namun produktif untuk dunia akhirat dan bermanfaat bagi umat manusia sejak berusia muda.

Mereka lah pemuda Islam!

Keberhasilan yang mereka raih tentu tak diraih secara instan, melainkan buah dari kesungguhan dan pengorbanan.

Apakah ada keberhasilan yang mengukirkan tinta emas sejarah diraih dengan instan dan kelalaian?

 

Ada sejumlah catatan penting di antara karakteristik seorang pemuda Islam:

Amal saleh adalah aktivitas produktif dan setiap muslim didorong oleh Allah dan Rasul-Nya untuk menjadi muslim produktif dalam kebaikan menurut tinjauan Islam.

 

Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw, beliau bersabda:

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ

Di antara kebaikan Islam seseorang adalah ia meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. At-Tirmidzi, Ibn Majah & Ibn Hibban, dll).

Menjelaskan hadits ini, al-Hafizh Ibnu Rajab pun merinci: Bahwa di antara tanda kebaikan keislaman seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tak bermanfaat baginya.

Baik berupa perkataan maupun perbuatan, dan menyedikitkan diri pada hal-hal yang tidak bermanfaat baik perkataan maupun perbuatan.

Dan makna kata (يعنيه): bahwa hal yang penting itu berkaitan dengan dirinya maka jadilah hal itu termasuk tujuan dan tuntutan dirinya.

Kata (العناية): kuatnya perhatian pada sesuatu, dikatakan: عناه – يعنيه yakni jika seseorang memperhatikan dan mencarinya.

Namun yang dimaksud (dalam hadits ini) bukan berarti meninggalkan apa-apa yang tidak penting dan tidak dikehendakinya berdasarkan standar hawa nafsu dan tuntutan jiwa, akan tetapi

berdasarkan standar hukum syara’ dan Islam.

 

Oleh karena itulah ia (disebutkan) termasuk “di antara kebaikan keislaman”, maka jika “baik keislaman seseorang” ia akan meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya menurut Islam.

Baik berupa perkataan maupun perbuatan, karena Islam menuntutnya melaksanakan berbagai kewajiban sebagaimana dijelaskan dalam syarh hadits Jibril a.s.”

 

Bagi seorang pemuda Islam, memanfaatkan waktu untuk belajar ilmu yang baik, mengulang pelajaran, mengulang atau menambah hafalan merupakan hal-hal bermanfaat.

Karena ilmu tak diraih dengan kelalaian melainkan dengan cara belajar.

 

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: “Aku mendengar Nabi saw bersabda:

إِنَّمَا العِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ

Sesungguhnya ilmu hanya bisa diraih dengan cara belajar.

 

Al-Hafizh an-Nawawi bahkan menuliskan satu bab khusus “Bersegera terhadap Amal-Amal Kebaikan (باب في المبادرة إلى الخيرات)” dalam Riyâdh ash-Shâlihîn-nya, beliau menukil firman Allah:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Âli Imrân [3]:  133)

Rasulullah saw bersabda:

بَادِرُوا بالأعْمَالِ الصَّالِحَةِ، فَسَتَكُوْنُ فِتَنٌ كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِناً ويُمْسِي كَافِراً، ويُمْسِيْ مُؤْمِناً ويُصْبِحُ كَافِراً، يَبِيْعُ دِينَهُ بعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

Bersegeralah kalian beramal saleh, akan ada suatu masa ketika muncul berbagai fitnah seperti potongan malam gelap gulita, ketika seseorang beriman pada waktu pagi dan kafir pada sorenya, dan beriman pada waktu sore dan kafir pada paginya, ia menjual agamanya dengan harga dunia.” (HR. Muslim)

Menurut Dr. Mushthafa al-Bugha’ di antara faidah hadits ini adalah kewajiban berpegang teguh terhadap agama.

Dorongan untuk menyegerakan beramal saleh sebelum tibanya berbagai penghalang dan hambatan atasnya yakni berpegang teguh pada akidah dan syari’at Islam dan bersegera beramal saleh.

 

Pemuda Islam Mampu Mengoptimalkan Waktu

Segala sesuatu ada tandanya, di antara pertanda cinta seseorang pada sesuatu ialah memperhatikan dan tidak menyia-nyiakan apa yang dicintainya.

Apakah mungkin, yang katanya seorang pemuda idaman, yang seharusnya menghargai waktu, akan menyia-nyiakan waktunya untuk hal yang sia-sia atau bahkan menambah dosa?

Padahal dalam QS. Al-‘Ashr, Allah ‘Azza wa Jalla bersumpah dengan waktu masa (sore) yang menunjukkan pentingnya waktu.

وَالْعَصْرِ (١) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (٣)

Dan demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh dan saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran. (QS. Al-‘Ashr [103]: 1-3)

Ayat ini menjelaskan bahwa manusia benar-benar dalam keadaan merugi. Pertama, dijelaskan dengan qassam (sumpah) “والعصر” (demi masa).

Kedua, dijelaskan dengan ta’kid “إنّ” (benar-benar). Ketiga, dijelaskan dengan ta’kid “لفي” (sungguh dalam).

Ketiga bentuk penjelasan ini, semuanya menguatkan makna pembahasan ayat ini, yaitu kerugian manusia yang luar biasa, kecuali orang yang beriman, beramal saleh dan saling menasihati

dalam kebaikan dan penuh kesabaran.

 

Dalam tinjauan ilmu balaghah, keberadaan kata-kata penegasan seperti ini berfaidah menafikan segala bentuk keraguan dan pengingkaran atas kebenaran informasi dalam ayat ini.

Dalam ayat ini pun terdapat dorongan untuk produktif; beramal saleh, dan  amal saleh tak hanya ibadah mahdhah namun juga mencakup keseluruhan amal perbuatan yang diridai Allah.

Wallahu a’lam bish-shawâb.

 

Slogan-Slogan Gagal Pemuda Islam Masa Kini

Slogan ”nikmati saja hidup ini”, ”hidup itu hanya sekali saja”.

slogan-slogan ini seringkali keluar dari lisan pemuda yang hidupnya hura-hura sebagai pembenaran dari kekeliruannya menjalani kehidupan.

Ya benar, memang banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada kita; potensi akal yang sehat, tubuh yang kuat, namun jika itu semua ”dinikmati” dengan cara yang melanggar syari’at.

Ini sama saja dengan kufur nikmat, atau jika slogan itu dimaksudkan sebagai pembenaran atas hidup hura-hura.

Menyia-nyiakan waktu tentu tak layak sebagi pemuda Islam yang pandangannya jauh melebihi langkahnya.

 

Di antara wujud syukur nikmat atas pancaindera itu adalah menggunakannya pada hal-hal yang diridai Allah, yakni sesuai dengan tujuan penciptaannya.

Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Prof. Dr. Muhammad Ali ash-Shabuni.

Hidup menikmati berbagai kemaksiatan? Wal-’Iyâdzu biLlâh, Imam Sufyan ats-Tsauri –rahimahuLlâh– bertutur dalam sya’irnya:

لاَ خَيْرَ فِي لَذَّةٍ مِنْ بَعْدِهَا النَّار

Tiada kebaikan dalam kenikmatan yang kesudahannya adalah api (siksa neraka).

Kenikmatan seperti apa yang kesudahannya adalah siksa neraka?

Yakni kenikmatan dalam kemaksiatan, hal ini dipahami dari ungkapan “kesudahannya adalah siksa neraka” (من بعدها النّار).

 

Kenikmatan dalam kemaksiatan tak lebih dari permainan hawa nafsu. Bahayanya seperti dituturkan sya’ir:

واحذر هواك تجد رضَاه # فإنما أصل الضلالة كلها الأهواء

Berhati-hatilah terhadap hawa nafsumu maka engkau temukan keridaan-Nya karena sesungguhnya sumber kesesatan seluruhnya adalah hawa nafsu.

 

Di sisi lain, sudah menjadi bagian dari keyakinan setiap muslim bahwa hidup di dunia yang fana adalah ladang beramal untuk kehidupan abadi di akhirat kelak.

Baik buruknya amal perbuatan kita akan dihisab:

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ .وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.(QS. Az-Zalzalah [99]: 7-8)

 

Ketika mendengar seseorang mencela dunia, Ali bin Abi Thalib r.a. bertutur:

الدنيا دار صدقٍ لمن صدقها، دار نجاةٍ لمن فهِم عنها، ودار غِنى لمن تزوّد منها، ومهبط وحي الله، ومصلى ملائكته، ومسجد أنبيائه، ومَتَجَرُ أوليائه، رَبِحُوا فيها الرحمةَ، واكتسبوا فيها الجنة

Dunia adalah tempat kejujuran bagi orang yang jujur, tempat keberhasilan bagi orang yang memahaminya, tempat kecukupan bagi orang yang berbekal di dalamnya, tempat turunnya wahyu Allah, tempat salat para malaikat-Nya, tempat sujud para nabi-Nya, tempat perniagaan para wali-Nya, mereka meraih rahmat di dalamnya, dan mengupayakan surga di dalamnya.

Slogan ”hidup itu mengalir saja” sebenarnya slogan yang patut dikritisi, bagaimana tidak?

Coba Anda pikirkan jika seandainya ”aliran” tersebut mengalir ke ”selokan yang kotor dan bau”?

Pemuda Islam yang cerdas dan berpikir tentu tidak mau. Apakah layak hidup kita mengalir saja mengikuti arus buruknya zaman?

Pemuda cerdas agent of change bukan pemuda malas dan pragmatis namun kreatif dan maju, jika tak begitu maka sya’irnya Dr. Muhammad al-‘Arifi ini jawabannya:

وَمَنْ يَتَهَيَّبُ صُعُوْدَ الجِبَالِ # يَعِشْ أَبَدَ الدَّهْرِ بَيْنَ الحُفَرِ

“Siapa yang takut naik gunung, akan hidup di antara lubang selamanya.” Maka slogan yang baik bagi seorang pemuda muslim sudah semestinya menunjukkan orientasi hidupnya sebagai ’abdullâh (hamba Allah).

 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah Kami menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzâriyât [51]: 56).

 

(Irfan Abu Naveed, S.Pd.I.)

 

Baca juga kisah Pangeran Diponegoro Melawan Penjajah Belanda di link ini yang dirangkum dari jejakislam

Tinggalkan Balasan